Thursday 25 October 2007

Lima Cara Meningkatkan Omset Dan Keuntungan Bisnis Anda


Saya mendapat beberapa pertanyaan dari pengunjung blog tentang bagaimana meningkatkan omset usahanya. Pertanyaannya berbeda-beda, tapi ujung-ujungnya masalah ini juga.

Saya berusaha menjawab dengan pengalaman dan teori yang saya dapat selama ini. Jadi, yang saya tulis ini benar-benar telah saya terapkan, bukan sekedar kutipan dari buku. Ada pun teori yang saya dapat bukanlah dari buku-buku marketing yang bersifat akademis dan njimet yang diperuntukkan bagi perusahaan-perusahaan besar. Menurut saya tidak cocok untuk bisnis saya yang masih skala UKM yang anggarannya terbatas. Akhirnya saya temukan teori-teori marketing jalanan atau istilahnya “street smart” yang lebih membumi, murah dan gampang diaplikasikan.

Ilmu-ilmu tersebut saya dapatkan dari mentor saya Pak Tung DW, Brad Sugars, Jay Abraham, Jay Conrad Levinson dan Roger Konopasek. Mereka dikenal sebagai pebisnis yang menggunakan ilmu “street smart”.

Dari tokoh-tokoh di atas, saya banyak mengambil ilmu dari Brad Sugars, karena saya anggap lebih lengkap dan sistimatis. Mungkin saja Brad Sugars juga mengambil ilmu dari yang lain seperti Jay Abraham, karena saya lihat banyak kemiripan dan dilengkapi oleh Brad.

Jadi, bagaimana cara meningkatkan omset sekaligus keuntungan bisnis tersebut? Berikut ini adalah caranya yang lebih dikenal dengan istilah Five Business Chasis itu:

1. Perbanyak Prospek (Leads). Caranya dengan iklan, buka cabang, sebar brosur, ikut pameran dll. Misalnya, anda buka toko di mal. Rata-rata yang masuk ke toko anda secara tidak sengaja adalah 1000 orang, maka prospek/leads anda adalah 1000. Kemudian anda sebarkan brosur di pintu gerbang mal yang mengundang orang supaya datang ke toko anda. Katakanlah prospek yang yang masuk ke toko dari brosur tersebut adalah 100 orang, jadi prospek anda menjadi 1100. Semakin banyak yang masuk ke toko anda berarti semakin banyak prospek anda.

2. Perbanyak Jumlah Konversi (Conversion). Konversi adalah jumlah prospek yang akhirnya membeli produk anda. Misalnya dari 1000 prospek yang masuk ke toko anda ada 250 orang yang membeli. Artinya konversi anda adalah 25%. Bagaimana cara menaikkan konversi? Contohnya: berikan garansi, berikan jaminan purna jual, delivery gratis, dll.

3. Naikkan Jumlah Transaksi. Jumlah transaksi adalah berapa banyak transaksi yang terjadi di toko anda per hari, per minggu atau per bulan. Bagaimana cara menaikkan jumlah transaksi? Lakukan berbagai cara agar pelanggan anda lebih sering belanja, misalnya dengan memberikan hadiah, bonus, point, voucher dll.

4. Naikkan Jumlah Rata-rata Pembelian. Dari jumlah transaksi tersebut berapa rata-rata transaksinya? Misalnya toko anda memperoleh omset Rp. 1.000.000 per hari dengan jumlah transaksi 50, maka rata-rata transaksi anda adalah Rp. 20.000. Caranya? Anda pernah makan di McDonalds? Setiap kita akan membayar, pelayannya selalu tanya: “Mau tambah french fries pak?” Kalau kita jawab iya, dia akan tanya: “Yang large atau medium?” Kalau kita jawab tidak ingin french fries, dia akan tanya lagi: “Es krimnya mau pak?” atau “Mau coba wafflenya pak?” Begitu seterusnya.

5. Naikkan Margin Keuntungan. Misalnya harga pokok produk anda adalah Rp.750. Anda jual Rp.1000, maka keuntungan anda adalah Rp. 250 atau 25% (Rp. 250 : Rp. 1000). Kemudian anda naikkan harganya Rp. 100 menjadi Rp. 1.100, maka margin keuntungannya menjadi 32% atau naik 7%.

Mari kita lihat angka-angkanya:

Sebelum:

Prospek 1000 x Konversi 25% = 250 Orang Konsumen x 2 Transaksi x Rata-rata Transaksi Rp. 20.000 = Total Omset Rp. 10.000.000 x 25% Margin Keuntungan = Laba Rp. 2.500.000.
Dengan teknik-teknik di atas, kemudian kita berhasil menaikkan 10% saja untuk setiap point Business Chasis di atas. Mari kita lihat angka sesudahnya.

Sesudah:

Prospek 1100 x Konversi 27,5% = 302 Orang Konsumen x 2,2 Transaksi x Rata-rata Transaksi Rp. 22.000 = Total Omset Rp. 14.616.800 x 27,5% Margin Keuntungan = Laba Rp. 4.019.620.
Jadi, dengan kenaikan 10% saja dari setiap point Business Chasis di atas berhasil menambah laba sebesar Rp. 1.519.620 atau 61%!

Salam sukses,

Junaedi
Disadur dari http://www.riniyuzirman.blogspot.com

Lima Cara Meningkatkan Omset Dan Keuntungan Bisnis Anda


Saya mendapat beberapa pertanyaan dari pengunjung blog tentang bagaimana meningkatkan omset usahanya. Pertanyaannya berbeda-beda, tapi ujung-ujungnya masalah ini juga.

Saya berusaha menjawab dengan pengalaman dan teori yang saya dapat selama ini. Jadi, yang saya tulis ini benar-benar telah saya terapkan, bukan sekedar kutipan dari buku. Ada pun teori yang saya dapat bukanlah dari buku-buku marketing yang bersifat akademis dan njimet yang diperuntukkan bagi perusahaan-perusahaan besar. Menurut saya tidak cocok untuk bisnis saya yang masih skala UKM yang anggarannya terbatas. Akhirnya saya temukan teori-teori marketing jalanan atau istilahnya “street smart” yang lebih membumi, murah dan gampang diaplikasikan.

Ilmu-ilmu tersebut saya dapatkan dari mentor saya Pak Tung DW, Brad Sugars, Jay Abraham, Jay Conrad Levinson dan Roger Konopasek. Mereka dikenal sebagai pebisnis yang menggunakan ilmu “street smart”.

Dari tokoh-tokoh di atas, saya banyak mengambil ilmu dari Brad Sugars, karena saya anggap lebih lengkap dan sistimatis. Mungkin saja Brad Sugars juga mengambil ilmu dari yang lain seperti Jay Abraham, karena saya lihat banyak kemiripan dan dilengkapi oleh Brad.

Jadi, bagaimana cara meningkatkan omset sekaligus keuntungan bisnis tersebut? Berikut ini adalah caranya yang lebih dikenal dengan istilah Five Business Chasis itu:

1. Perbanyak Prospek (Leads). Caranya dengan iklan, buka cabang, sebar brosur, ikut pameran dll. Misalnya, anda buka toko di mal. Rata-rata yang masuk ke toko anda secara tidak sengaja adalah 1000 orang, maka prospek/leads anda adalah 1000. Kemudian anda sebarkan brosur di pintu gerbang mal yang mengundang orang supaya datang ke toko anda. Katakanlah prospek yang yang masuk ke toko dari brosur tersebut adalah 100 orang, jadi prospek anda menjadi 1100. Semakin banyak yang masuk ke toko anda berarti semakin banyak prospek anda.

2. Perbanyak Jumlah Konversi (Conversion). Konversi adalah jumlah prospek yang akhirnya membeli produk anda. Misalnya dari 1000 prospek yang masuk ke toko anda ada 250 orang yang membeli. Artinya konversi anda adalah 25%. Bagaimana cara menaikkan konversi? Contohnya: berikan garansi, berikan jaminan purna jual, delivery gratis, dll.

3. Naikkan Jumlah Transaksi. Jumlah transaksi adalah berapa banyak transaksi yang terjadi di toko anda per hari, per minggu atau per bulan. Bagaimana cara menaikkan jumlah transaksi? Lakukan berbagai cara agar pelanggan anda lebih sering belanja, misalnya dengan memberikan hadiah, bonus, point, voucher dll.

4. Naikkan Jumlah Rata-rata Pembelian. Dari jumlah transaksi tersebut berapa rata-rata transaksinya? Misalnya toko anda memperoleh omset Rp. 1.000.000 per hari dengan jumlah transaksi 50, maka rata-rata transaksi anda adalah Rp. 20.000. Caranya? Anda pernah makan di McDonalds? Setiap kita akan membayar, pelayannya selalu tanya: “Mau tambah french fries pak?” Kalau kita jawab iya, dia akan tanya: “Yang large atau medium?” Kalau kita jawab tidak ingin french fries, dia akan tanya lagi: “Es krimnya mau pak?” atau “Mau coba wafflenya pak?” Begitu seterusnya.

5. Naikkan Margin Keuntungan. Misalnya harga pokok produk anda adalah Rp.750. Anda jual Rp.1000, maka keuntungan anda adalah Rp. 250 atau 25% (Rp. 250 : Rp. 1000). Kemudian anda naikkan harganya Rp. 100 menjadi Rp. 1.100, maka margin keuntungannya menjadi 32% atau naik 7%.

Mari kita lihat angka-angkanya:

Sebelum:

Prospek 1000 x Konversi 25% = 250 Orang Konsumen x 2 Transaksi x Rata-rata Transaksi Rp. 20.000 = Total Omset Rp. 10.000.000 x 25% Margin Keuntungan = Laba Rp. 2.500.000.
Dengan teknik-teknik di atas, kemudian kita berhasil menaikkan 10% saja untuk setiap point Business Chasis di atas. Mari kita lihat angka sesudahnya.

Sesudah:

Prospek 1100 x Konversi 27,5% = 302 Orang Konsumen x 2,2 Transaksi x Rata-rata Transaksi Rp. 22.000 = Total Omset Rp. 14.616.800 x 27,5% Margin Keuntungan = Laba Rp. 4.019.620.
Jadi, dengan kenaikan 10% saja dari setiap point Business Chasis di atas berhasil menambah laba sebesar Rp. 1.519.620 atau 61%!

Salam sukses,

Junaedi
Disadur dari http://www.riniyuzirman.blogspot.com

Lima Cara Meningkatkan Omset Dan Keuntungan Bisnis Anda


Saya mendapat beberapa pertanyaan dari pengunjung blog tentang bagaimana meningkatkan omset usahanya. Pertanyaannya berbeda-beda, tapi ujung-ujungnya masalah ini juga.

Saya berusaha menjawab dengan pengalaman dan teori yang saya dapat selama ini. Jadi, yang saya tulis ini benar-benar telah saya terapkan, bukan sekedar kutipan dari buku. Ada pun teori yang saya dapat bukanlah dari buku-buku marketing yang bersifat akademis dan njimet yang diperuntukkan bagi perusahaan-perusahaan besar. Menurut saya tidak cocok untuk bisnis saya yang masih skala UKM yang anggarannya terbatas. Akhirnya saya temukan teori-teori marketing jalanan atau istilahnya “street smart” yang lebih membumi, murah dan gampang diaplikasikan.

Ilmu-ilmu tersebut saya dapatkan dari mentor saya Pak Tung DW, Brad Sugars, Jay Abraham, Jay Conrad Levinson dan Roger Konopasek. Mereka dikenal sebagai pebisnis yang menggunakan ilmu “street smart”.

Dari tokoh-tokoh di atas, saya banyak mengambil ilmu dari Brad Sugars, karena saya anggap lebih lengkap dan sistimatis. Mungkin saja Brad Sugars juga mengambil ilmu dari yang lain seperti Jay Abraham, karena saya lihat banyak kemiripan dan dilengkapi oleh Brad.

Jadi, bagaimana cara meningkatkan omset sekaligus keuntungan bisnis tersebut? Berikut ini adalah caranya yang lebih dikenal dengan istilah Five Business Chasis itu:

1. Perbanyak Prospek (Leads). Caranya dengan iklan, buka cabang, sebar brosur, ikut pameran dll. Misalnya, anda buka toko di mal. Rata-rata yang masuk ke toko anda secara tidak sengaja adalah 1000 orang, maka prospek/leads anda adalah 1000. Kemudian anda sebarkan brosur di pintu gerbang mal yang mengundang orang supaya datang ke toko anda. Katakanlah prospek yang yang masuk ke toko dari brosur tersebut adalah 100 orang, jadi prospek anda menjadi 1100. Semakin banyak yang masuk ke toko anda berarti semakin banyak prospek anda.

2. Perbanyak Jumlah Konversi (Conversion). Konversi adalah jumlah prospek yang akhirnya membeli produk anda. Misalnya dari 1000 prospek yang masuk ke toko anda ada 250 orang yang membeli. Artinya konversi anda adalah 25%. Bagaimana cara menaikkan konversi? Contohnya: berikan garansi, berikan jaminan purna jual, delivery gratis, dll.

3. Naikkan Jumlah Transaksi. Jumlah transaksi adalah berapa banyak transaksi yang terjadi di toko anda per hari, per minggu atau per bulan. Bagaimana cara menaikkan jumlah transaksi? Lakukan berbagai cara agar pelanggan anda lebih sering belanja, misalnya dengan memberikan hadiah, bonus, point, voucher dll.

4. Naikkan Jumlah Rata-rata Pembelian. Dari jumlah transaksi tersebut berapa rata-rata transaksinya? Misalnya toko anda memperoleh omset Rp. 1.000.000 per hari dengan jumlah transaksi 50, maka rata-rata transaksi anda adalah Rp. 20.000. Caranya? Anda pernah makan di McDonalds? Setiap kita akan membayar, pelayannya selalu tanya: “Mau tambah french fries pak?” Kalau kita jawab iya, dia akan tanya: “Yang large atau medium?” Kalau kita jawab tidak ingin french fries, dia akan tanya lagi: “Es krimnya mau pak?” atau “Mau coba wafflenya pak?” Begitu seterusnya.

5. Naikkan Margin Keuntungan. Misalnya harga pokok produk anda adalah Rp.750. Anda jual Rp.1000, maka keuntungan anda adalah Rp. 250 atau 25% (Rp. 250 : Rp. 1000). Kemudian anda naikkan harganya Rp. 100 menjadi Rp. 1.100, maka margin keuntungannya menjadi 32% atau naik 7%.

Mari kita lihat angka-angkanya:

Sebelum:

Prospek 1000 x Konversi 25% = 250 Orang Konsumen x 2 Transaksi x Rata-rata Transaksi Rp. 20.000 = Total Omset Rp. 10.000.000 x 25% Margin Keuntungan = Laba Rp. 2.500.000.
Dengan teknik-teknik di atas, kemudian kita berhasil menaikkan 10% saja untuk setiap point Business Chasis di atas. Mari kita lihat angka sesudahnya.

Sesudah:

Prospek 1100 x Konversi 27,5% = 302 Orang Konsumen x 2,2 Transaksi x Rata-rata Transaksi Rp. 22.000 = Total Omset Rp. 14.616.800 x 27,5% Margin Keuntungan = Laba Rp. 4.019.620.
Jadi, dengan kenaikan 10% saja dari setiap point Business Chasis di atas berhasil menambah laba sebesar Rp. 1.519.620 atau 61%!

Salam sukses,

Junaedi
Disadur dari http://www.riniyuzirman.blogspot.com

Tuesday 23 October 2007

Faktor Kali dalam Bisnis


Mungkin anda sering bertanya-tanya, mengapa si A dalam waktu singkat usahanya berkembang begitu pesat? Atau si B dalam waktu singkat punya cabang begitu banyak? Jawabannya adalah karena faktor kali (multiplier effect). Usaha yang lambat biasanya karena sistimnya masih menggunakan faktor penjumlah misalnya 2 + 2 = 4, 4 + 4 = 8, 16 + 16 = 32. Ini juga bisa maju, tapi agak lebih lambat. Tapi bila Anda punya usaha yang memiliki faktor kali akan jadi seperti ini: 2 x 2 = 4, 4 x 4 = 16, 16 x 16 = 256. Jauh lebih besar hasilnya.

Usaha apa contohnya yang memiliki faktor kali? Semua usaha punya faktor kali. Cuma jenisnya berbeda-beda. Misalnya usaha rumah makan, salah satu faktor kalinya adalah lokasi yang ramai. Lihat saja restoran McDonalds di Sarinah Thamrin menjadi 10 besar paling ramai di dunia karena faktor kalinya adalah lokasi yang strategis dan ramai. Usaha eceran faktor kalinya adalah lokasi yang ramai dan banyaknya jumlah cabang. Usaha grosir faktor kalinya adalah pelanggannya yang membeli dalam jumlah banyak dan berulang-ulang.

Hanya itu? Masih banyak lagi. Misalnya publikasi, iklan, promosi, tenaga sales. Berikut ini uraiannya.

Menggunakan Publikasi
Ingat dengan ayam bakar Wong Solo? Restoran ini “meledak” omsetnya gara-gara seorang seorang wartawan menulis berita tentang usaha ayam bakar yang saat itu masih di kaki lima di kota Medan dengan judul “Sarjana Menjual Ayam Bakar”. Jadi tulisan di koran itu telah menjadi faktor kali. Memang pemiliknya Puspo Wardoyo pintar sekali memanfaatkan publikasi seperti mengadakan Poligami Awards, membuat menu Jus Poligami. Contoh lain: jaringan bisnis MQ Corporation milik AA Gym dengan publikasi dari segi spiritual, The Body Shop dengan publikasi dari segi kepedulian lingkungan hidup, Moamar Emka dengan buku Jakarta Undercover, Dewi Lestari dengan buku Supernova.

Menggunakan Iklan atau Promosi
Baru-baru ini saya melihat langsung toko roti baru namanya BreadTalk di Mal Taman Anggrek. Saya saksikan pembelinya rela antri sampai hampir sepuluh meter untuk membeli roti yang katanya lebih enak itu. Kenapa bisa begitu ramai sementara toko roti lain di tempat yang sama tidak seramai itu? Karena faktor kali dari iklan dan promosi di Metro TV dengan menggunakan para artis ternama. Iklan tersebut menggugah rasa ingin tahu penonton untuk mencobanya. Contoh lain: DRTV.

Menggunakan Tenaga Pemasaran/Sales
Anda tahu jaringan toko kredit Columbia? Kebetulan saya sendiri kenal dengan pemiliknya, Bapak Leo Chandra. Katanya, tahun lalu omsetnya mencapai Rp. 1,2 trilyun. Apa kiatnya? Dia tidak menggunakan iklan atau membuka outlet di lokasi yang ramai dan strategis. Tapi dia menggunakan 20.000 tenaga sales di seluruh Indonesia. Toko-toko sepatu di PIK Pulo Gadung juga menerapkan hal serupa, yaitu dengan menggunakan tenaga pemasar lepas (freelance) yang dibekali dengan brosur dan katalog gambar produk. Jadi, para pembeli tinggal memilih melalui katalog tersebut. Contoh lain: perusahaan network marketing/MLM, kartu kredit Citibank, bahkan partai seperti Partai Keadilan Sejahtera juga menggunakan strategi pemasaran langsung (direct selling). Saat dalam Pemilu 1999 dengan 15.000 kader yang mentargetkan 1 orang menggaet 20 orang pemilih, partai ini berhasil mendapat 1.4 juta suara. Saat ini dengan sistim pendekatan yang sama telah terkumpul 400.000 kader. Berapa nanti perolehan suaranya di tahun 2004 bila 1 orang kader menggaet 20 pemilih?

Menggunakan Tokoh atau Model
Baterai ABC menguasai 90% lebih pangsa pasar baterai di Indonesia. Saat saya berkunjung ke pabriknya di Daan Mogot bulan Desember tahun lalu, Ibu Herlili Sumampouw, manajer periklanannya membuka rahasia bahwa salah satu faktor kalinya adalah dengan menggunakan orang-orang cebol dan petinju Evander Holyfield. Mereka menggunakan orang-orang cebol sejak tahun 70-an yang disuruh menari-nari di arena Pekan Raya Jakarta. Hasilnya, omset penjualan baterai ABC naik seperti roket, katanya. Begitu juga saat memperkenalkan Baterai ABC Alkaline, tadinya ABC tidak dikenal sebagai produsen baterai alkaline sebelum menggunakan model iklan petinju kelas berat Evander Holyfield. Seorang model atau tokoh memiliki banyak penggemar, inilah faktor kalinya.

Membuka Cabang Sebanyak Mungkin
Untuk usaha eceran/retail, inilah faktor kalinya. Alfa Mart adalah contohnya. Dalam waktu singkat bisa menyamai jumlah cabang Indomaret yang sudah lebih lama di bisnis ini. Dengan agresif mereka terus membuka cabang dengan cara waralaba yang lebih fleksibel daripada Indomaret. Caranya, bila si calon partner itu hanya punya lahan dan bangunan tanpa modal kerja, Alfamart siap mengisi barang. Faktor kali untuk usaha eceran tidak hanya itu, bisa juga dengan cara menitipkan barang di outlet-outlet.

Menjual Secara Grosir
Untuk usaha grosir, faktor kalinya tidak perlu dengan membuka banyak toko. Tapi dengan mencari banyak pedagang yang membeli dalam jumlah banyak secara berulang-ulang. Ini bisa dilihat di toko-toko di Tanah Abang, Pasar Anyar Bogor atau Cipulir. Rata-rata mereka memiliki pelanggan tetap yang secara rutin berbelanja. Misalnya satu toko memiliki 20 pelanggan yang rata-rata berbelanja Rp. 2 juta per bulan, total per tahun menjadi Rp. 480 juta. Usaha grosir ini akan terus berkembang sesuai dengan perkembangan usaha para pedagang langganan tersebut dan bertambahnya pelanggan baru. Adakah para pelanggan yang memiliki lebih dari satu toko? Tentunya ada, bahkan ada yang memiliki 10 toko. Inilah faktor kalinya.

Menggunakan Internet
Jeff Bezos adalah salah orang terkaya di Amerika saat ini. Dia meraihnya dalam waktu kurang dari 10 tahun. Dia adalah pendiri situs belanja buku di internet Amazon.com yang menjual buku secara online kepada para pelanggan di seluruh dunia. Dalam waktu singkat Amazon telah mengalahkan toko buku terbesar di Amerika yang sudah berdiri puluhan tahun, Barnes and Noble. Saya pribadi juga telah menggunakan media ini sejak September tahun lalu. Hasilnya di luar dugaan. Dalam waktu 3 bulan pengunjung yang datang di website sudah hampir 1.000 orang dengan omset yang lumayan. Bahkan telah berhasil mendapatkan agen/distributor di beberapa daerah di Indonesia. Apa faktor kalinya? Karena saya berkawan dengan Mr. Tung Desem Waringin, seorang pembicara seminar yang telah berbicara di hadapan lebih dari 60.000 orang dan siaran talk show di radio Smart FM yang mempunyai jaringan di 7 kota di Indonesia. Di setiap kesempatan dia selalu menyebutkan alamat situs internet kami. Di samping itu, internet diakses oleh orang di seluruh dunia, tanpa batas wilayah dan waktu. Perkembangan bisnis di internet ini patut kita antisipasi. Peluangnya sangat, sangat, sangat besar.

Apakah faktor kali hanya untuk bisnis saja?
Tidak. Penggunaan faktor kali tidak melulu untuk tujuan bisnis saja. Seorang dosen yang biasanya hanya bisa berbicara di depan mahasiswa bisa menggunakan media lain untuk meraih audiens yang lebih besar. Misalnya dengan menulis buku, mengadakan seminar, membuat kaset/CD, membuat situs internet, siaran di TV atau radio. Contohnya adalah Rhenald Kasali, Roy Sembel (dosen, ahli keuangan). Seorang atlit yang sebelumnya adalah atlit lokal bisa meningkatkan faktor kalinya dengan mengikuti pertandingan dengan skala nasional atau internasional. Seorang da’i seperti Aa Gym paling ahli memanfaatkan faktor kali ini. Dia membuat faktor kali melalui tabloid, radio, televisi, internet, buku, VCD dan lain-lain. Inul Daratista menjadi begitu fenomenal setelah tampil di televisi. Padahal sebelumnya dia hanya bernyanyi dari kampung ke kampung.

Kesimpulan
Dari beberapa contoh di atas, intinya adalah bagaimana dalam meningkatkan usaha kita selalu mencari faktor kali. Sekali lagi FAKTOR KALI. Mudah-mudahan tulisan ini menjadi inspirasi bagi anda. Mohon maaf, bukan saya ingin menggurui, tapi ingin berbagi ilmu dan pengalaman yang tentu saja banyak kekurangannya. Mudah-mudahan tulisan ringan ini ada manfaatnya.

Salam Sukses,

Junaedi

Disadur dari http://roniyuzirman.blogspot.com/

Faktor Kali dalam Bisnis


Mungkin anda sering bertanya-tanya, mengapa si A dalam waktu singkat usahanya berkembang begitu pesat? Atau si B dalam waktu singkat punya cabang begitu banyak? Jawabannya adalah karena faktor kali (multiplier effect). Usaha yang lambat biasanya karena sistimnya masih menggunakan faktor penjumlah misalnya 2 + 2 = 4, 4 + 4 = 8, 16 + 16 = 32. Ini juga bisa maju, tapi agak lebih lambat. Tapi bila Anda punya usaha yang memiliki faktor kali akan jadi seperti ini: 2 x 2 = 4, 4 x 4 = 16, 16 x 16 = 256. Jauh lebih besar hasilnya.

Usaha apa contohnya yang memiliki faktor kali? Semua usaha punya faktor kali. Cuma jenisnya berbeda-beda. Misalnya usaha rumah makan, salah satu faktor kalinya adalah lokasi yang ramai. Lihat saja restoran McDonalds di Sarinah Thamrin menjadi 10 besar paling ramai di dunia karena faktor kalinya adalah lokasi yang strategis dan ramai. Usaha eceran faktor kalinya adalah lokasi yang ramai dan banyaknya jumlah cabang. Usaha grosir faktor kalinya adalah pelanggannya yang membeli dalam jumlah banyak dan berulang-ulang.

Hanya itu? Masih banyak lagi. Misalnya publikasi, iklan, promosi, tenaga sales. Berikut ini uraiannya.

Menggunakan Publikasi
Ingat dengan ayam bakar Wong Solo? Restoran ini “meledak” omsetnya gara-gara seorang seorang wartawan menulis berita tentang usaha ayam bakar yang saat itu masih di kaki lima di kota Medan dengan judul “Sarjana Menjual Ayam Bakar”. Jadi tulisan di koran itu telah menjadi faktor kali. Memang pemiliknya Puspo Wardoyo pintar sekali memanfaatkan publikasi seperti mengadakan Poligami Awards, membuat menu Jus Poligami. Contoh lain: jaringan bisnis MQ Corporation milik AA Gym dengan publikasi dari segi spiritual, The Body Shop dengan publikasi dari segi kepedulian lingkungan hidup, Moamar Emka dengan buku Jakarta Undercover, Dewi Lestari dengan buku Supernova.

Menggunakan Iklan atau Promosi
Baru-baru ini saya melihat langsung toko roti baru namanya BreadTalk di Mal Taman Anggrek. Saya saksikan pembelinya rela antri sampai hampir sepuluh meter untuk membeli roti yang katanya lebih enak itu. Kenapa bisa begitu ramai sementara toko roti lain di tempat yang sama tidak seramai itu? Karena faktor kali dari iklan dan promosi di Metro TV dengan menggunakan para artis ternama. Iklan tersebut menggugah rasa ingin tahu penonton untuk mencobanya. Contoh lain: DRTV.

Menggunakan Tenaga Pemasaran/Sales
Anda tahu jaringan toko kredit Columbia? Kebetulan saya sendiri kenal dengan pemiliknya, Bapak Leo Chandra. Katanya, tahun lalu omsetnya mencapai Rp. 1,2 trilyun. Apa kiatnya? Dia tidak menggunakan iklan atau membuka outlet di lokasi yang ramai dan strategis. Tapi dia menggunakan 20.000 tenaga sales di seluruh Indonesia. Toko-toko sepatu di PIK Pulo Gadung juga menerapkan hal serupa, yaitu dengan menggunakan tenaga pemasar lepas (freelance) yang dibekali dengan brosur dan katalog gambar produk. Jadi, para pembeli tinggal memilih melalui katalog tersebut. Contoh lain: perusahaan network marketing/MLM, kartu kredit Citibank, bahkan partai seperti Partai Keadilan Sejahtera juga menggunakan strategi pemasaran langsung (direct selling). Saat dalam Pemilu 1999 dengan 15.000 kader yang mentargetkan 1 orang menggaet 20 orang pemilih, partai ini berhasil mendapat 1.4 juta suara. Saat ini dengan sistim pendekatan yang sama telah terkumpul 400.000 kader. Berapa nanti perolehan suaranya di tahun 2004 bila 1 orang kader menggaet 20 pemilih?

Menggunakan Tokoh atau Model
Baterai ABC menguasai 90% lebih pangsa pasar baterai di Indonesia. Saat saya berkunjung ke pabriknya di Daan Mogot bulan Desember tahun lalu, Ibu Herlili Sumampouw, manajer periklanannya membuka rahasia bahwa salah satu faktor kalinya adalah dengan menggunakan orang-orang cebol dan petinju Evander Holyfield. Mereka menggunakan orang-orang cebol sejak tahun 70-an yang disuruh menari-nari di arena Pekan Raya Jakarta. Hasilnya, omset penjualan baterai ABC naik seperti roket, katanya. Begitu juga saat memperkenalkan Baterai ABC Alkaline, tadinya ABC tidak dikenal sebagai produsen baterai alkaline sebelum menggunakan model iklan petinju kelas berat Evander Holyfield. Seorang model atau tokoh memiliki banyak penggemar, inilah faktor kalinya.

Membuka Cabang Sebanyak Mungkin
Untuk usaha eceran/retail, inilah faktor kalinya. Alfa Mart adalah contohnya. Dalam waktu singkat bisa menyamai jumlah cabang Indomaret yang sudah lebih lama di bisnis ini. Dengan agresif mereka terus membuka cabang dengan cara waralaba yang lebih fleksibel daripada Indomaret. Caranya, bila si calon partner itu hanya punya lahan dan bangunan tanpa modal kerja, Alfamart siap mengisi barang. Faktor kali untuk usaha eceran tidak hanya itu, bisa juga dengan cara menitipkan barang di outlet-outlet.

Menjual Secara Grosir
Untuk usaha grosir, faktor kalinya tidak perlu dengan membuka banyak toko. Tapi dengan mencari banyak pedagang yang membeli dalam jumlah banyak secara berulang-ulang. Ini bisa dilihat di toko-toko di Tanah Abang, Pasar Anyar Bogor atau Cipulir. Rata-rata mereka memiliki pelanggan tetap yang secara rutin berbelanja. Misalnya satu toko memiliki 20 pelanggan yang rata-rata berbelanja Rp. 2 juta per bulan, total per tahun menjadi Rp. 480 juta. Usaha grosir ini akan terus berkembang sesuai dengan perkembangan usaha para pedagang langganan tersebut dan bertambahnya pelanggan baru. Adakah para pelanggan yang memiliki lebih dari satu toko? Tentunya ada, bahkan ada yang memiliki 10 toko. Inilah faktor kalinya.

Menggunakan Internet
Jeff Bezos adalah salah orang terkaya di Amerika saat ini. Dia meraihnya dalam waktu kurang dari 10 tahun. Dia adalah pendiri situs belanja buku di internet Amazon.com yang menjual buku secara online kepada para pelanggan di seluruh dunia. Dalam waktu singkat Amazon telah mengalahkan toko buku terbesar di Amerika yang sudah berdiri puluhan tahun, Barnes and Noble. Saya pribadi juga telah menggunakan media ini sejak September tahun lalu. Hasilnya di luar dugaan. Dalam waktu 3 bulan pengunjung yang datang di website sudah hampir 1.000 orang dengan omset yang lumayan. Bahkan telah berhasil mendapatkan agen/distributor di beberapa daerah di Indonesia. Apa faktor kalinya? Karena saya berkawan dengan Mr. Tung Desem Waringin, seorang pembicara seminar yang telah berbicara di hadapan lebih dari 60.000 orang dan siaran talk show di radio Smart FM yang mempunyai jaringan di 7 kota di Indonesia. Di setiap kesempatan dia selalu menyebutkan alamat situs internet kami. Di samping itu, internet diakses oleh orang di seluruh dunia, tanpa batas wilayah dan waktu. Perkembangan bisnis di internet ini patut kita antisipasi. Peluangnya sangat, sangat, sangat besar.

Apakah faktor kali hanya untuk bisnis saja?
Tidak. Penggunaan faktor kali tidak melulu untuk tujuan bisnis saja. Seorang dosen yang biasanya hanya bisa berbicara di depan mahasiswa bisa menggunakan media lain untuk meraih audiens yang lebih besar. Misalnya dengan menulis buku, mengadakan seminar, membuat kaset/CD, membuat situs internet, siaran di TV atau radio. Contohnya adalah Rhenald Kasali, Roy Sembel (dosen, ahli keuangan). Seorang atlit yang sebelumnya adalah atlit lokal bisa meningkatkan faktor kalinya dengan mengikuti pertandingan dengan skala nasional atau internasional. Seorang da’i seperti Aa Gym paling ahli memanfaatkan faktor kali ini. Dia membuat faktor kali melalui tabloid, radio, televisi, internet, buku, VCD dan lain-lain. Inul Daratista menjadi begitu fenomenal setelah tampil di televisi. Padahal sebelumnya dia hanya bernyanyi dari kampung ke kampung.

Kesimpulan
Dari beberapa contoh di atas, intinya adalah bagaimana dalam meningkatkan usaha kita selalu mencari faktor kali. Sekali lagi FAKTOR KALI. Mudah-mudahan tulisan ini menjadi inspirasi bagi anda. Mohon maaf, bukan saya ingin menggurui, tapi ingin berbagi ilmu dan pengalaman yang tentu saja banyak kekurangannya. Mudah-mudahan tulisan ringan ini ada manfaatnya.

Salam Sukses,

Junaedi

Disadur dari http://roniyuzirman.blogspot.com/

Faktor Kali dalam Bisnis


Mungkin anda sering bertanya-tanya, mengapa si A dalam waktu singkat usahanya berkembang begitu pesat? Atau si B dalam waktu singkat punya cabang begitu banyak? Jawabannya adalah karena faktor kali (multiplier effect). Usaha yang lambat biasanya karena sistimnya masih menggunakan faktor penjumlah misalnya 2 + 2 = 4, 4 + 4 = 8, 16 + 16 = 32. Ini juga bisa maju, tapi agak lebih lambat. Tapi bila Anda punya usaha yang memiliki faktor kali akan jadi seperti ini: 2 x 2 = 4, 4 x 4 = 16, 16 x 16 = 256. Jauh lebih besar hasilnya.

Usaha apa contohnya yang memiliki faktor kali? Semua usaha punya faktor kali. Cuma jenisnya berbeda-beda. Misalnya usaha rumah makan, salah satu faktor kalinya adalah lokasi yang ramai. Lihat saja restoran McDonalds di Sarinah Thamrin menjadi 10 besar paling ramai di dunia karena faktor kalinya adalah lokasi yang strategis dan ramai. Usaha eceran faktor kalinya adalah lokasi yang ramai dan banyaknya jumlah cabang. Usaha grosir faktor kalinya adalah pelanggannya yang membeli dalam jumlah banyak dan berulang-ulang.

Hanya itu? Masih banyak lagi. Misalnya publikasi, iklan, promosi, tenaga sales. Berikut ini uraiannya.

Menggunakan Publikasi
Ingat dengan ayam bakar Wong Solo? Restoran ini “meledak” omsetnya gara-gara seorang seorang wartawan menulis berita tentang usaha ayam bakar yang saat itu masih di kaki lima di kota Medan dengan judul “Sarjana Menjual Ayam Bakar”. Jadi tulisan di koran itu telah menjadi faktor kali. Memang pemiliknya Puspo Wardoyo pintar sekali memanfaatkan publikasi seperti mengadakan Poligami Awards, membuat menu Jus Poligami. Contoh lain: jaringan bisnis MQ Corporation milik AA Gym dengan publikasi dari segi spiritual, The Body Shop dengan publikasi dari segi kepedulian lingkungan hidup, Moamar Emka dengan buku Jakarta Undercover, Dewi Lestari dengan buku Supernova.

Menggunakan Iklan atau Promosi
Baru-baru ini saya melihat langsung toko roti baru namanya BreadTalk di Mal Taman Anggrek. Saya saksikan pembelinya rela antri sampai hampir sepuluh meter untuk membeli roti yang katanya lebih enak itu. Kenapa bisa begitu ramai sementara toko roti lain di tempat yang sama tidak seramai itu? Karena faktor kali dari iklan dan promosi di Metro TV dengan menggunakan para artis ternama. Iklan tersebut menggugah rasa ingin tahu penonton untuk mencobanya. Contoh lain: DRTV.

Menggunakan Tenaga Pemasaran/Sales
Anda tahu jaringan toko kredit Columbia? Kebetulan saya sendiri kenal dengan pemiliknya, Bapak Leo Chandra. Katanya, tahun lalu omsetnya mencapai Rp. 1,2 trilyun. Apa kiatnya? Dia tidak menggunakan iklan atau membuka outlet di lokasi yang ramai dan strategis. Tapi dia menggunakan 20.000 tenaga sales di seluruh Indonesia. Toko-toko sepatu di PIK Pulo Gadung juga menerapkan hal serupa, yaitu dengan menggunakan tenaga pemasar lepas (freelance) yang dibekali dengan brosur dan katalog gambar produk. Jadi, para pembeli tinggal memilih melalui katalog tersebut. Contoh lain: perusahaan network marketing/MLM, kartu kredit Citibank, bahkan partai seperti Partai Keadilan Sejahtera juga menggunakan strategi pemasaran langsung (direct selling). Saat dalam Pemilu 1999 dengan 15.000 kader yang mentargetkan 1 orang menggaet 20 orang pemilih, partai ini berhasil mendapat 1.4 juta suara. Saat ini dengan sistim pendekatan yang sama telah terkumpul 400.000 kader. Berapa nanti perolehan suaranya di tahun 2004 bila 1 orang kader menggaet 20 pemilih?

Menggunakan Tokoh atau Model
Baterai ABC menguasai 90% lebih pangsa pasar baterai di Indonesia. Saat saya berkunjung ke pabriknya di Daan Mogot bulan Desember tahun lalu, Ibu Herlili Sumampouw, manajer periklanannya membuka rahasia bahwa salah satu faktor kalinya adalah dengan menggunakan orang-orang cebol dan petinju Evander Holyfield. Mereka menggunakan orang-orang cebol sejak tahun 70-an yang disuruh menari-nari di arena Pekan Raya Jakarta. Hasilnya, omset penjualan baterai ABC naik seperti roket, katanya. Begitu juga saat memperkenalkan Baterai ABC Alkaline, tadinya ABC tidak dikenal sebagai produsen baterai alkaline sebelum menggunakan model iklan petinju kelas berat Evander Holyfield. Seorang model atau tokoh memiliki banyak penggemar, inilah faktor kalinya.

Membuka Cabang Sebanyak Mungkin
Untuk usaha eceran/retail, inilah faktor kalinya. Alfa Mart adalah contohnya. Dalam waktu singkat bisa menyamai jumlah cabang Indomaret yang sudah lebih lama di bisnis ini. Dengan agresif mereka terus membuka cabang dengan cara waralaba yang lebih fleksibel daripada Indomaret. Caranya, bila si calon partner itu hanya punya lahan dan bangunan tanpa modal kerja, Alfamart siap mengisi barang. Faktor kali untuk usaha eceran tidak hanya itu, bisa juga dengan cara menitipkan barang di outlet-outlet.

Menjual Secara Grosir
Untuk usaha grosir, faktor kalinya tidak perlu dengan membuka banyak toko. Tapi dengan mencari banyak pedagang yang membeli dalam jumlah banyak secara berulang-ulang. Ini bisa dilihat di toko-toko di Tanah Abang, Pasar Anyar Bogor atau Cipulir. Rata-rata mereka memiliki pelanggan tetap yang secara rutin berbelanja. Misalnya satu toko memiliki 20 pelanggan yang rata-rata berbelanja Rp. 2 juta per bulan, total per tahun menjadi Rp. 480 juta. Usaha grosir ini akan terus berkembang sesuai dengan perkembangan usaha para pedagang langganan tersebut dan bertambahnya pelanggan baru. Adakah para pelanggan yang memiliki lebih dari satu toko? Tentunya ada, bahkan ada yang memiliki 10 toko. Inilah faktor kalinya.

Menggunakan Internet
Jeff Bezos adalah salah orang terkaya di Amerika saat ini. Dia meraihnya dalam waktu kurang dari 10 tahun. Dia adalah pendiri situs belanja buku di internet Amazon.com yang menjual buku secara online kepada para pelanggan di seluruh dunia. Dalam waktu singkat Amazon telah mengalahkan toko buku terbesar di Amerika yang sudah berdiri puluhan tahun, Barnes and Noble. Saya pribadi juga telah menggunakan media ini sejak September tahun lalu. Hasilnya di luar dugaan. Dalam waktu 3 bulan pengunjung yang datang di website sudah hampir 1.000 orang dengan omset yang lumayan. Bahkan telah berhasil mendapatkan agen/distributor di beberapa daerah di Indonesia. Apa faktor kalinya? Karena saya berkawan dengan Mr. Tung Desem Waringin, seorang pembicara seminar yang telah berbicara di hadapan lebih dari 60.000 orang dan siaran talk show di radio Smart FM yang mempunyai jaringan di 7 kota di Indonesia. Di setiap kesempatan dia selalu menyebutkan alamat situs internet kami. Di samping itu, internet diakses oleh orang di seluruh dunia, tanpa batas wilayah dan waktu. Perkembangan bisnis di internet ini patut kita antisipasi. Peluangnya sangat, sangat, sangat besar.

Apakah faktor kali hanya untuk bisnis saja?
Tidak. Penggunaan faktor kali tidak melulu untuk tujuan bisnis saja. Seorang dosen yang biasanya hanya bisa berbicara di depan mahasiswa bisa menggunakan media lain untuk meraih audiens yang lebih besar. Misalnya dengan menulis buku, mengadakan seminar, membuat kaset/CD, membuat situs internet, siaran di TV atau radio. Contohnya adalah Rhenald Kasali, Roy Sembel (dosen, ahli keuangan). Seorang atlit yang sebelumnya adalah atlit lokal bisa meningkatkan faktor kalinya dengan mengikuti pertandingan dengan skala nasional atau internasional. Seorang da’i seperti Aa Gym paling ahli memanfaatkan faktor kali ini. Dia membuat faktor kali melalui tabloid, radio, televisi, internet, buku, VCD dan lain-lain. Inul Daratista menjadi begitu fenomenal setelah tampil di televisi. Padahal sebelumnya dia hanya bernyanyi dari kampung ke kampung.

Kesimpulan
Dari beberapa contoh di atas, intinya adalah bagaimana dalam meningkatkan usaha kita selalu mencari faktor kali. Sekali lagi FAKTOR KALI. Mudah-mudahan tulisan ini menjadi inspirasi bagi anda. Mohon maaf, bukan saya ingin menggurui, tapi ingin berbagi ilmu dan pengalaman yang tentu saja banyak kekurangannya. Mudah-mudahan tulisan ringan ini ada manfaatnya.

Salam Sukses,

Junaedi

Disadur dari http://roniyuzirman.blogspot.com/

Road Map untuk Menjadi Kaya


Tulisan ini diposting berkaitan dengan mulai banyaknya kelompok Mastermind TDA yang terbentuk.

Road map yang berasal dari buku The Secrets of Self Made Millionaire-nya Adam Khoo, ini dijadikan acuan oleh kelompok TDA Mastermind saya. Setiap pertemuan kami selalu membahas dan mengevaluasi pelaksanaan dari road map ini.

Road map ini begitu sederhana, mudah dicerna dan applicable. Inilah hebatnya Adam Khoo. Dia bisa membuat benang merah dari semua teori-teori yang ada menjadi sederhana dan praktis.

Road map ini dinamakan 7 Steps to Financial Abundances, yaitu:

1. Mindset, sekali lagi soal mindset. Ini adalah sumber dari semua cara berpikir dan pola tindakan kita. Ini harus diberesin dulu, kata Adam Khoo. Orang yang sudah take action, tapi gagal terus, biasanya gara-gara salah di mind set ini.

Beruntunglah, di TDA kita punya kurikulum DSA (Dreams, Strategy, Action). Lengkap. Apa lagi besok kita mau nonton bareng film The Secret, yang banyak bicara soal pikiran dan mindset.

2. Goals. Ya, kita harus punya tujuan yang jelas. Ini juga bakal disinggung di film The Secret. Tentukan goals yang jelas. Kalau tidak ada goals yang jelas bisa jadi kita kehilangan arah dalam mencapainya.

3. Financial Plan. Setelah goals-nya jelas, maka diperlukan financial plan bagaimana itu semua bisa dicapai. Di bukunya dengan jelas dipaparkan bagaimana cara-cara itu. Sangat-sangat praktis. Makanya, saya sebut buku ini seperti manual book. Tinggal ikutin aja step-stepnya.

4. Increase Income. Ini yang menarik. Nah, di sinilah ilmunya Brad Sugars atau Action Business Coach masuk. Bagaimana meningkatkan omzet dan profit bisnis secara mudah dan sederhana. By the way, bagaimana omzet dan profit usaha anda saat ini? FYI, per Februari ini keuntungan bisnis saya meningkat tajam, lho. Alhamdulillah.

5. Reduce Expense. Ini juga harus dilakukan. Jangan hanya memperbesar income tapi boros dan akhirnya bangkrut juga. Di sini kita diharuskan untuk selalu berusaha menekan pengeluaran. Live below your mean, hidup sederhana.

Di kelompok mastermind saya, ada cerita menarik. Ada salah satu anggotanya yang saking ngototnya mempraktekkan ini, sampai menahan keinginannya makan coklat. Sampai-sampai isi kulkasnya pun dikurangi drastis. Saya sih kurang setuju. Perut jangan sampai dikorbankan.

Tapi, intinya adalah gaya hidup hemat tanpa mengorbankan pengeluaran yang memang diperlukan. Tetap harus menikmati hidup, menurut saya.

6. Grow. Nah ini juga harus dilakukan. Kalau sudah terkumpul uangnya, harus direncanakan pertumbuhannya. Makanya dalam kelompok mastermind saya juga dibicarakan tentang investasi.

Salah satunya adalah dengan mengundang Pak Budi Rachmat, Pak Joseph Hartanto untuk sharing berbagi ilmu mengenai investasi dan bisnis propertinya. Alhamdulillah, saya dan teman-teman sudah mempraktekkan ilmu ini.Saham, bisnis, danareksa juga menjadi pilihan yang bisa dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan aset kita. Oya, jangan lupa lakukan aset alokasi, pesan Pak Tung DW.

7. Protect. Aset kita harus aman. Caranya? Bisa lewat asuransi, bantuan hukum, jasa pengelola aset dan sebagainya. Banyak lho, orang yang pintar mengumpulkan tapi tidak diprotect. Akhirnya amblas begitu aja.

Oya, mungkin yang nggak disinggung oleh Adam Khoo adalah the power of giving. Ini kita sudah tau, lah. Shodaqoh, zakat, infaq adalah investasi dunia akhirat dengan tingkat pengembalian yang tidak terhitung jumlahnya. Ya, ketujuh langkah plus the power of giving itu adalah langkah yang akan mengantarkan kita menjadi TDA seutuhnya.

Kepada kelompok mastermind yang sudah terbentuk, selamat memulai. Ini sekedar masukan dari saya. Semoga bermanfaat.

Salam FUUUNtastic!
Silaturahmi membawa rezeki

Wassalam,

Roni
http://www.roniyuzirman.blogspot.com

Road Map untuk Menjadi Kaya


Tulisan ini diposting berkaitan dengan mulai banyaknya kelompok Mastermind TDA yang terbentuk.

Road map yang berasal dari buku The Secrets of Self Made Millionaire-nya Adam Khoo, ini dijadikan acuan oleh kelompok TDA Mastermind saya. Setiap pertemuan kami selalu membahas dan mengevaluasi pelaksanaan dari road map ini.

Road map ini begitu sederhana, mudah dicerna dan applicable. Inilah hebatnya Adam Khoo. Dia bisa membuat benang merah dari semua teori-teori yang ada menjadi sederhana dan praktis.

Road map ini dinamakan 7 Steps to Financial Abundances, yaitu:

1. Mindset, sekali lagi soal mindset. Ini adalah sumber dari semua cara berpikir dan pola tindakan kita. Ini harus diberesin dulu, kata Adam Khoo. Orang yang sudah take action, tapi gagal terus, biasanya gara-gara salah di mind set ini.

Beruntunglah, di TDA kita punya kurikulum DSA (Dreams, Strategy, Action). Lengkap. Apa lagi besok kita mau nonton bareng film The Secret, yang banyak bicara soal pikiran dan mindset.

2. Goals. Ya, kita harus punya tujuan yang jelas. Ini juga bakal disinggung di film The Secret. Tentukan goals yang jelas. Kalau tidak ada goals yang jelas bisa jadi kita kehilangan arah dalam mencapainya.

3. Financial Plan. Setelah goals-nya jelas, maka diperlukan financial plan bagaimana itu semua bisa dicapai. Di bukunya dengan jelas dipaparkan bagaimana cara-cara itu. Sangat-sangat praktis. Makanya, saya sebut buku ini seperti manual book. Tinggal ikutin aja step-stepnya.

4. Increase Income. Ini yang menarik. Nah, di sinilah ilmunya Brad Sugars atau Action Business Coach masuk. Bagaimana meningkatkan omzet dan profit bisnis secara mudah dan sederhana. By the way, bagaimana omzet dan profit usaha anda saat ini? FYI, per Februari ini keuntungan bisnis saya meningkat tajam, lho. Alhamdulillah.

5. Reduce Expense. Ini juga harus dilakukan. Jangan hanya memperbesar income tapi boros dan akhirnya bangkrut juga. Di sini kita diharuskan untuk selalu berusaha menekan pengeluaran. Live below your mean, hidup sederhana.

Di kelompok mastermind saya, ada cerita menarik. Ada salah satu anggotanya yang saking ngototnya mempraktekkan ini, sampai menahan keinginannya makan coklat. Sampai-sampai isi kulkasnya pun dikurangi drastis. Saya sih kurang setuju. Perut jangan sampai dikorbankan.

Tapi, intinya adalah gaya hidup hemat tanpa mengorbankan pengeluaran yang memang diperlukan. Tetap harus menikmati hidup, menurut saya.

6. Grow. Nah ini juga harus dilakukan. Kalau sudah terkumpul uangnya, harus direncanakan pertumbuhannya. Makanya dalam kelompok mastermind saya juga dibicarakan tentang investasi.

Salah satunya adalah dengan mengundang Pak Budi Rachmat, Pak Joseph Hartanto untuk sharing berbagi ilmu mengenai investasi dan bisnis propertinya. Alhamdulillah, saya dan teman-teman sudah mempraktekkan ilmu ini.Saham, bisnis, danareksa juga menjadi pilihan yang bisa dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan aset kita. Oya, jangan lupa lakukan aset alokasi, pesan Pak Tung DW.

7. Protect. Aset kita harus aman. Caranya? Bisa lewat asuransi, bantuan hukum, jasa pengelola aset dan sebagainya. Banyak lho, orang yang pintar mengumpulkan tapi tidak diprotect. Akhirnya amblas begitu aja.

Oya, mungkin yang nggak disinggung oleh Adam Khoo adalah the power of giving. Ini kita sudah tau, lah. Shodaqoh, zakat, infaq adalah investasi dunia akhirat dengan tingkat pengembalian yang tidak terhitung jumlahnya. Ya, ketujuh langkah plus the power of giving itu adalah langkah yang akan mengantarkan kita menjadi TDA seutuhnya.

Kepada kelompok mastermind yang sudah terbentuk, selamat memulai. Ini sekedar masukan dari saya. Semoga bermanfaat.

Salam FUUUNtastic!
Silaturahmi membawa rezeki

Wassalam,

Roni
http://www.roniyuzirman.blogspot.com

Road Map untuk Menjadi Kaya


Tulisan ini diposting berkaitan dengan mulai banyaknya kelompok Mastermind TDA yang terbentuk.

Road map yang berasal dari buku The Secrets of Self Made Millionaire-nya Adam Khoo, ini dijadikan acuan oleh kelompok TDA Mastermind saya. Setiap pertemuan kami selalu membahas dan mengevaluasi pelaksanaan dari road map ini.

Road map ini begitu sederhana, mudah dicerna dan applicable. Inilah hebatnya Adam Khoo. Dia bisa membuat benang merah dari semua teori-teori yang ada menjadi sederhana dan praktis.

Road map ini dinamakan 7 Steps to Financial Abundances, yaitu:

1. Mindset, sekali lagi soal mindset. Ini adalah sumber dari semua cara berpikir dan pola tindakan kita. Ini harus diberesin dulu, kata Adam Khoo. Orang yang sudah take action, tapi gagal terus, biasanya gara-gara salah di mind set ini.

Beruntunglah, di TDA kita punya kurikulum DSA (Dreams, Strategy, Action). Lengkap. Apa lagi besok kita mau nonton bareng film The Secret, yang banyak bicara soal pikiran dan mindset.

2. Goals. Ya, kita harus punya tujuan yang jelas. Ini juga bakal disinggung di film The Secret. Tentukan goals yang jelas. Kalau tidak ada goals yang jelas bisa jadi kita kehilangan arah dalam mencapainya.

3. Financial Plan. Setelah goals-nya jelas, maka diperlukan financial plan bagaimana itu semua bisa dicapai. Di bukunya dengan jelas dipaparkan bagaimana cara-cara itu. Sangat-sangat praktis. Makanya, saya sebut buku ini seperti manual book. Tinggal ikutin aja step-stepnya.

4. Increase Income. Ini yang menarik. Nah, di sinilah ilmunya Brad Sugars atau Action Business Coach masuk. Bagaimana meningkatkan omzet dan profit bisnis secara mudah dan sederhana. By the way, bagaimana omzet dan profit usaha anda saat ini? FYI, per Februari ini keuntungan bisnis saya meningkat tajam, lho. Alhamdulillah.

5. Reduce Expense. Ini juga harus dilakukan. Jangan hanya memperbesar income tapi boros dan akhirnya bangkrut juga. Di sini kita diharuskan untuk selalu berusaha menekan pengeluaran. Live below your mean, hidup sederhana.

Di kelompok mastermind saya, ada cerita menarik. Ada salah satu anggotanya yang saking ngototnya mempraktekkan ini, sampai menahan keinginannya makan coklat. Sampai-sampai isi kulkasnya pun dikurangi drastis. Saya sih kurang setuju. Perut jangan sampai dikorbankan.

Tapi, intinya adalah gaya hidup hemat tanpa mengorbankan pengeluaran yang memang diperlukan. Tetap harus menikmati hidup, menurut saya.

6. Grow. Nah ini juga harus dilakukan. Kalau sudah terkumpul uangnya, harus direncanakan pertumbuhannya. Makanya dalam kelompok mastermind saya juga dibicarakan tentang investasi.

Salah satunya adalah dengan mengundang Pak Budi Rachmat, Pak Joseph Hartanto untuk sharing berbagi ilmu mengenai investasi dan bisnis propertinya. Alhamdulillah, saya dan teman-teman sudah mempraktekkan ilmu ini.Saham, bisnis, danareksa juga menjadi pilihan yang bisa dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan aset kita. Oya, jangan lupa lakukan aset alokasi, pesan Pak Tung DW.

7. Protect. Aset kita harus aman. Caranya? Bisa lewat asuransi, bantuan hukum, jasa pengelola aset dan sebagainya. Banyak lho, orang yang pintar mengumpulkan tapi tidak diprotect. Akhirnya amblas begitu aja.

Oya, mungkin yang nggak disinggung oleh Adam Khoo adalah the power of giving. Ini kita sudah tau, lah. Shodaqoh, zakat, infaq adalah investasi dunia akhirat dengan tingkat pengembalian yang tidak terhitung jumlahnya. Ya, ketujuh langkah plus the power of giving itu adalah langkah yang akan mengantarkan kita menjadi TDA seutuhnya.

Kepada kelompok mastermind yang sudah terbentuk, selamat memulai. Ini sekedar masukan dari saya. Semoga bermanfaat.

Salam FUUUNtastic!
Silaturahmi membawa rezeki

Wassalam,

Roni
http://www.roniyuzirman.blogspot.com

Tuesday 2 October 2007

Peluang Untung Terbuka Luas...

Peluang Untung.

Lebih untung mana antara pelaku usaha eceran, grosir, delaer? Begitu juga sebaliknya menjual produk HP saja, Voucher, atau aksesoris atau gabungannya? hal ini relatif, untung mana antara pelaku usaha pedagang eceran, atau grosir? Semua punya peluang untung dan rugi, semakin besar usaha berarti untungnya semakin besar, namun bila rugi ya, ruginya pun besar juga. Demikian sebaliknya jika kita main di eceran untungnya juga kecil, namun bila rugi, maka kerugiannya juga kecil.

Umumnya pedagang punya spesialisasi. Contohnya bial di Mall atau ITC maka pedagang akan menjual HP baru, ada HP "second", atau khusus berjualan "voucher" grosir, khusus berjualan aksesoris dan "spare part", atau khusus teknik sevis ponsel. Bila di pinggir jlan atau ruko, maka pedagang umumnya berjualan "voucher" dan ada yang digabung dengan aksesoris tertentu sebagai pelengkap dengan HP baru atau "second" juga sebagai pelengkap. Agar terhindar dari rugi maka saat pembelian produk "voucher" dan aksesoris haruslah disesuaikan dengan pangsa pasar dan minat beli masyarakat yang ada disekitar konter/kios kita.

Setiap daerah, kota, Mall, ITC, dan area pasar, memiliki tingkat yang berbeda dalam pengambilan margin keuntungan untuk masing-masing produk dan jasa, juga berbeda pada masing-masing tingkat pedagang eceran, grosir atau dealer. Namun secara sederhana pada tingkat "reseller" nargin "voucher" antara Rp 500,- hingga Rp 2.500,- sedangkan untuk grosir sekitar Rp 250,- namun letak keuntungannya adalah pada kuantitas dan kecepatan perputaran, demikian halnya delaer. Sedangkan untk jualan HP baru, untuk margin bisa Rp 25.000,- hingga Rp 40.000,- dan juan HP "second" bisa Rp 25.000,- hingga Rp 200.000,-.

Peluang di Daerah.

Untuk daerah yang masih baru atau akan dibangun BTS oleh operator, maka peluang masih terbentang luas. Maka mulailah membuka konter voucher pulsa dan aksesorisnya, grosir voucher elektronik, sub-dealer atau delaer dari operator maupun vendor, membuka kios posel baru atau "second", serta para teknisi muda bisa membuka teknik servis ponsel. Para tenaga IT dapat menjadi teknopreneur dengan membuat konten-konten yang betmanfaat bagi masyarakat daerah dan Pemda-nya, yang diakses melalui SMS, MMS, dll. Ke depan usaha isi ulang pulsa jenis elektronik akan lebih tren. Gambarannya untuk peluang menjadi distributor pulsa elektronik perlu modal Rp 150 juta bahkan kurang, akan memperoleh sever sever dan "software"-nya serta pulsa "auto reffil", satu kartu untuk semua operator, GSM & CDMA, bisa melakukan ribuan transaksi per hari, dapat melayani "reseller" seluruh Indonesia dan posisinya sebagai grosir.

Kendala.

Kendalanya pada bisnis ini adalah persaingan yang semakin rapat dan ketat, sehingga yang dulunya menjual "voucher" untung Rp 2.500,- kini harus rela hanya untung Rp 1.000,- atau bahkan Rp 500,- namun dari segi volume tetap harus ditingkatkan atau dari tambahnya varian usha sampingan seperti aplikasi, digital photo printing, teknik servis HP dan lainnya yang sesuai dengan kondisi setempat. Buatlah "One Stop Shopping" kebutuhan ponsel keluarga, misalnya. Kendala lain adalah dimungkinkan dari pertumbuhan teknologi yang semakin canggih atau peraturan baru yang diberlakukan oleh pemerintah/operator tentang pascabayar/prabayar serta "voucher" fisik ke "voucher" elektronik, berarti pelaku usaha harus mengantisipasinya.

Prinsipnya untuk berwirausaha yang baik dan untung kembali apapun usaha kita, tentu kita perhitungkan harus "untung"., namun terkadang ada faktor yang mempengaruhi yaitu fluktuasi harga, akibat "suplay and demand". Yang penting dalam berusaha bila produknya sama, maka kualitas pelayanan SDM kepada konsumen yang harus benar-benar dimaksimalkan.

Sumber: Tabloid "PELUANG USAHA" No 04 / THN 2 / 06 / 19 November 2006
Sudanang Dananjaya, Pengamat Bisnis Seliler dari LPTTI
email : sudanangdananjaya@yahoo.com

Peluang Untung Terbuka Luas...

Peluang Untung.

Lebih untung mana antara pelaku usaha eceran, grosir, delaer? Begitu juga sebaliknya menjual produk HP saja, Voucher, atau aksesoris atau gabungannya? hal ini relatif, untung mana antara pelaku usaha pedagang eceran, atau grosir? Semua punya peluang untung dan rugi, semakin besar usaha berarti untungnya semakin besar, namun bila rugi ya, ruginya pun besar juga. Demikian sebaliknya jika kita main di eceran untungnya juga kecil, namun bila rugi, maka kerugiannya juga kecil.

Umumnya pedagang punya spesialisasi. Contohnya bial di Mall atau ITC maka pedagang akan menjual HP baru, ada HP "second", atau khusus berjualan "voucher" grosir, khusus berjualan aksesoris dan "spare part", atau khusus teknik sevis ponsel. Bila di pinggir jlan atau ruko, maka pedagang umumnya berjualan "voucher" dan ada yang digabung dengan aksesoris tertentu sebagai pelengkap dengan HP baru atau "second" juga sebagai pelengkap. Agar terhindar dari rugi maka saat pembelian produk "voucher" dan aksesoris haruslah disesuaikan dengan pangsa pasar dan minat beli masyarakat yang ada disekitar konter/kios kita.

Setiap daerah, kota, Mall, ITC, dan area pasar, memiliki tingkat yang berbeda dalam pengambilan margin keuntungan untuk masing-masing produk dan jasa, juga berbeda pada masing-masing tingkat pedagang eceran, grosir atau dealer. Namun secara sederhana pada tingkat "reseller" nargin "voucher" antara Rp 500,- hingga Rp 2.500,- sedangkan untuk grosir sekitar Rp 250,- namun letak keuntungannya adalah pada kuantitas dan kecepatan perputaran, demikian halnya delaer. Sedangkan untk jualan HP baru, untuk margin bisa Rp 25.000,- hingga Rp 40.000,- dan juan HP "second" bisa Rp 25.000,- hingga Rp 200.000,-.

Peluang di Daerah.

Untuk daerah yang masih baru atau akan dibangun BTS oleh operator, maka peluang masih terbentang luas. Maka mulailah membuka konter voucher pulsa dan aksesorisnya, grosir voucher elektronik, sub-dealer atau delaer dari operator maupun vendor, membuka kios posel baru atau "second", serta para teknisi muda bisa membuka teknik servis ponsel. Para tenaga IT dapat menjadi teknopreneur dengan membuat konten-konten yang betmanfaat bagi masyarakat daerah dan Pemda-nya, yang diakses melalui SMS, MMS, dll. Ke depan usaha isi ulang pulsa jenis elektronik akan lebih tren. Gambarannya untuk peluang menjadi distributor pulsa elektronik perlu modal Rp 150 juta bahkan kurang, akan memperoleh sever sever dan "software"-nya serta pulsa "auto reffil", satu kartu untuk semua operator, GSM & CDMA, bisa melakukan ribuan transaksi per hari, dapat melayani "reseller" seluruh Indonesia dan posisinya sebagai grosir.

Kendala.

Kendalanya pada bisnis ini adalah persaingan yang semakin rapat dan ketat, sehingga yang dulunya menjual "voucher" untung Rp 2.500,- kini harus rela hanya untung Rp 1.000,- atau bahkan Rp 500,- namun dari segi volume tetap harus ditingkatkan atau dari tambahnya varian usha sampingan seperti aplikasi, digital photo printing, teknik servis HP dan lainnya yang sesuai dengan kondisi setempat. Buatlah "One Stop Shopping" kebutuhan ponsel keluarga, misalnya. Kendala lain adalah dimungkinkan dari pertumbuhan teknologi yang semakin canggih atau peraturan baru yang diberlakukan oleh pemerintah/operator tentang pascabayar/prabayar serta "voucher" fisik ke "voucher" elektronik, berarti pelaku usaha harus mengantisipasinya.

Prinsipnya untuk berwirausaha yang baik dan untung kembali apapun usaha kita, tentu kita perhitungkan harus "untung"., namun terkadang ada faktor yang mempengaruhi yaitu fluktuasi harga, akibat "suplay and demand". Yang penting dalam berusaha bila produknya sama, maka kualitas pelayanan SDM kepada konsumen yang harus benar-benar dimaksimalkan.

Sumber: Tabloid "PELUANG USAHA" No 04 / THN 2 / 06 / 19 November 2006
Sudanang Dananjaya, Pengamat Bisnis Seliler dari LPTTI
email : sudanangdananjaya@yahoo.com

Peluang Untung Terbuka Luas...

Peluang Untung.

Lebih untung mana antara pelaku usaha eceran, grosir, delaer? Begitu juga sebaliknya menjual produk HP saja, Voucher, atau aksesoris atau gabungannya? hal ini relatif, untung mana antara pelaku usaha pedagang eceran, atau grosir? Semua punya peluang untung dan rugi, semakin besar usaha berarti untungnya semakin besar, namun bila rugi ya, ruginya pun besar juga. Demikian sebaliknya jika kita main di eceran untungnya juga kecil, namun bila rugi, maka kerugiannya juga kecil.

Umumnya pedagang punya spesialisasi. Contohnya bial di Mall atau ITC maka pedagang akan menjual HP baru, ada HP "second", atau khusus berjualan "voucher" grosir, khusus berjualan aksesoris dan "spare part", atau khusus teknik sevis ponsel. Bila di pinggir jlan atau ruko, maka pedagang umumnya berjualan "voucher" dan ada yang digabung dengan aksesoris tertentu sebagai pelengkap dengan HP baru atau "second" juga sebagai pelengkap. Agar terhindar dari rugi maka saat pembelian produk "voucher" dan aksesoris haruslah disesuaikan dengan pangsa pasar dan minat beli masyarakat yang ada disekitar konter/kios kita.

Setiap daerah, kota, Mall, ITC, dan area pasar, memiliki tingkat yang berbeda dalam pengambilan margin keuntungan untuk masing-masing produk dan jasa, juga berbeda pada masing-masing tingkat pedagang eceran, grosir atau dealer. Namun secara sederhana pada tingkat "reseller" nargin "voucher" antara Rp 500,- hingga Rp 2.500,- sedangkan untuk grosir sekitar Rp 250,- namun letak keuntungannya adalah pada kuantitas dan kecepatan perputaran, demikian halnya delaer. Sedangkan untk jualan HP baru, untuk margin bisa Rp 25.000,- hingga Rp 40.000,- dan juan HP "second" bisa Rp 25.000,- hingga Rp 200.000,-.

Peluang di Daerah.

Untuk daerah yang masih baru atau akan dibangun BTS oleh operator, maka peluang masih terbentang luas. Maka mulailah membuka konter voucher pulsa dan aksesorisnya, grosir voucher elektronik, sub-dealer atau delaer dari operator maupun vendor, membuka kios posel baru atau "second", serta para teknisi muda bisa membuka teknik servis ponsel. Para tenaga IT dapat menjadi teknopreneur dengan membuat konten-konten yang betmanfaat bagi masyarakat daerah dan Pemda-nya, yang diakses melalui SMS, MMS, dll. Ke depan usaha isi ulang pulsa jenis elektronik akan lebih tren. Gambarannya untuk peluang menjadi distributor pulsa elektronik perlu modal Rp 150 juta bahkan kurang, akan memperoleh sever sever dan "software"-nya serta pulsa "auto reffil", satu kartu untuk semua operator, GSM & CDMA, bisa melakukan ribuan transaksi per hari, dapat melayani "reseller" seluruh Indonesia dan posisinya sebagai grosir.

Kendala.

Kendalanya pada bisnis ini adalah persaingan yang semakin rapat dan ketat, sehingga yang dulunya menjual "voucher" untung Rp 2.500,- kini harus rela hanya untung Rp 1.000,- atau bahkan Rp 500,- namun dari segi volume tetap harus ditingkatkan atau dari tambahnya varian usha sampingan seperti aplikasi, digital photo printing, teknik servis HP dan lainnya yang sesuai dengan kondisi setempat. Buatlah "One Stop Shopping" kebutuhan ponsel keluarga, misalnya. Kendala lain adalah dimungkinkan dari pertumbuhan teknologi yang semakin canggih atau peraturan baru yang diberlakukan oleh pemerintah/operator tentang pascabayar/prabayar serta "voucher" fisik ke "voucher" elektronik, berarti pelaku usaha harus mengantisipasinya.

Prinsipnya untuk berwirausaha yang baik dan untung kembali apapun usaha kita, tentu kita perhitungkan harus "untung"., namun terkadang ada faktor yang mempengaruhi yaitu fluktuasi harga, akibat "suplay and demand". Yang penting dalam berusaha bila produknya sama, maka kualitas pelayanan SDM kepada konsumen yang harus benar-benar dimaksimalkan.

Sumber: Tabloid "PELUANG USAHA" No 04 / THN 2 / 06 / 19 November 2006
Sudanang Dananjaya, Pengamat Bisnis Seliler dari LPTTI
email : sudanangdananjaya@yahoo.com

Peluang Masih Terbuka Lebar...

Peluang Bisnis.

Bisnis seluler di perkotaan sudah semakin ketat dan menjamur, namun untuk pinggiran kota dan daerah peluangnya masih terbuka lebar dengan adanya layanan bebas roaming dan dibukanya BTS-BTS baru, terutama sekarang jumlah pelanggan jasa seluler sudah mencapai 50-60 juta orang dari 220 juta jumalah penduduk Indonesia atau baru sekita 20% pemakai seluler. Sedangkan pertumbuhan pelanggan pertahun sekitar 20% adalah cukup pesat. Disini terlihat prospeknya sangan menjanjikan, selain itu komunikasi sudah menjadi kebutuhan pokok, sehingga setiap orang butuh HP dan setiap HP butuh pulsa, (sembako + 1), maka koneter seluler dibutuhkan. Karena kemana orang akan membeli pulsa untuk ponselnya (95% adalah pelanggan prabayar) tentunya harus memebeli di konter voucher. Di samping itu pertumbuhan konsumen menuju "Satu orang satu ponsel" dapat terwujud, seperti di Singapura lebih banyak ponselnya dari pada penduduknya, atau pelanggan di Indonesia lebih banyak darada penduduk di Negara Belanda.

Sebagai pemula yang ingin merintis usaha di bidang telekomunikasi selular, Kyai Aa Gym berpesan; "Mulai dari yang kecil, Mulai darai diri sendiri dan Mulai saat ini". Berpedoman pada motto tersebut, biarlah kita mulai dari yang kecil dan rasakan usaha itu tumbuh menjadi besar, seirama dengan penghayatan pengetahuan serta pengalaman yang kita peroleh dari pertumbuhan usaha yang kita jalani. Dalam salah satu kisah sukses usaha seluler, ada seorang pengusaha di Bekasi, Jawa Barat yang ia tidur di kiosnya di awal-awal usahanya, mulai dengan hanya sebuah etalase. Ia ingin mengetahu dan mengenal tren konsumen setiap saatnya, sehingga dia punya "rekord" harian. Jam berapa dan hari apa ramai serta jam dan hari apa saja counetr sepi. Hingga kini tumbuh menjadi sub-delaer, dalam jangka waktu 1,5 tahu.

Besarnya Investasi Usaha.

Besar kecilnya investasi tergantung berapa banyak uang yang dimiliki, sehingga setiap pengusaha bisa saja memulai sebagai apa saja, reseller, grosir tau delaer. Pertama yang paling mudah dengan uang modal deposit Rp 200.000,- bahkan kurang sudah bisa mulai menjalankan pulsa elektronik, tanpa harus punya konter atau kios. Anak sekolah menjajakan kepada temannya atau buruh pabrik menjajakan kepada rekan kerjanya. Bermodal sebuah ponsel dengan sebuah chip elektronik untuk semua jaringan operator. Kedua, dengan modal Rp 3.000.000,- hingga Rp 4.500.000,- sudah bisa buka konter voucher dan aksesoris di depan mini market atau toko, dengan BEP 4,5 bulan atau kurang, bila lokasi sungguh strategis. Ketiga, untuk tingkat grosir diperlukan modal sebesar Rp 60.000.000,- hingga Rp 500.000.000,- dengan omsetRp 40.000.000,- hingga Rp 200.000.000,- per hari dan harus memiliki "outlet" dan pelanggan para "reseller". Umumnya grosir membuka usaha di Mall, ITC, di lantai khusus posel. Keempat, adalah para delaer atau distributor yang ditunjuk oleh para operator dengan modal Rp 5 miliar perminggu yang umumnya adalah para pemain lama dari pengusaha eceran dan mempunyai banyak kios, tersebar di daerah-daerah.

Faktor yang Mempegaruhi Usaha.

Ada tiga faktor yang mempengaruhi. Pertama, adalah mental entrepreneur/teknopreneur, otak kanan, intuisi bisnis, kecerdasan emosional-spiritual, keteguhan dan keuletan membuka/memulai usaha. Kedua, membangun sistem, dari peraturan, SOP, SDM, administrasi, keuangan, pelayanan, pemasaran, penjualan dan lain-lain sistem. Perhatian pada sintem ini yang cukup lama, khususnya SDM-nya harus dibentuk, bila ingin "survive". Ingin lebih cepat lagi, maka cari sistem yang sudah ada, seperti malalui "business oportunity" (BO) atau waralaba (franchise). Bila sistem sudah kuat maka, bisa membuka cabang baru dengan men-copy sistem yang sudah ada. Ketiga, adalah usaha harus bisa didelegasikan dan terkontrol malalui sitem yang dibangun tersebut, sehingga bisa membuka uasaha baru. Itu namanya wirausaha, bukan hanya sebagai pedagang.

Teknik Pemasaran.

Uniknya usaha dibidang seluler ini, untuk promosi produk sangat didukung oleh operator dan vendor, melalui iklan di media cetak, TV, Radio, spanduk dan umbul-umbul di jalanan, poster dibagiakan di kios "free", serta para operator dan vendor berlomba-lomba menyelenggarakan "event-event" khusus untuk memasarkan produknya. Para operator biasanya memanjakan "reseller" dengan melakukan "branded" produk mereka seperti mendesain dan mengecat kios, menjadi merah, kuning, hijau atau lainnya, sesuai warna "branded" perusahaan operator tersebut. Namun bagi kios kita sendiri, tentunya perlu kita sendiri, tentunya perlu perlu kita promosi keliling. Denagn jangkauan radius 1 km, untuk menyatakan keberadaan kios kita menlalui penyebaran brosur "door to door", yang memuat nama kios, alamat & nomor telepon kios, produk yang dijual, serta layanan jasa yang diberikan, dan yang terpnting harus memuat "special offer" (contoh: harga murah, ada diskon, dapat hadiah untuk pembelian senilai tertentu untuk masa minimal 1 bulan, stok tersedia dan diantar).

Teknik pemasaran dewasa ini adalah dengan harga bersaing, memiliki nilai tambah, seperti hadiah dan pelayanan SDM yang profesional. Untuk area kios selulernya sudah sangat padat dan menjamur, perlu dibangun komunitas pelanggan agar pelanggan menjadi loyal agar tidak lari ke"tetangga". Selalu bertanya: Apa kelebihan kios tetangga yang kita tidak punya? Ciptakan kedekatan pribadi dengan konsumen dan ciptakan "member get member" atau pemasaran dari "mulut ke mulut" adalah lebih jitu. Kita harus membangun segmen yang "customize" atau bersifat pribadi, seperti kumpulan pernak-pernik untuk ABG, para wanita executive muda, atau bagi bapak-bapak yang tampil "trendy/dandy/macho".

Bersambung...

Peluang Masih Terbuka Lebar...

Peluang Bisnis.

Bisnis seluler di perkotaan sudah semakin ketat dan menjamur, namun untuk pinggiran kota dan daerah peluangnya masih terbuka lebar dengan adanya layanan bebas roaming dan dibukanya BTS-BTS baru, terutama sekarang jumlah pelanggan jasa seluler sudah mencapai 50-60 juta orang dari 220 juta jumalah penduduk Indonesia atau baru sekita 20% pemakai seluler. Sedangkan pertumbuhan pelanggan pertahun sekitar 20% adalah cukup pesat. Disini terlihat prospeknya sangan menjanjikan, selain itu komunikasi sudah menjadi kebutuhan pokok, sehingga setiap orang butuh HP dan setiap HP butuh pulsa, (sembako + 1), maka koneter seluler dibutuhkan. Karena kemana orang akan membeli pulsa untuk ponselnya (95% adalah pelanggan prabayar) tentunya harus memebeli di konter voucher. Di samping itu pertumbuhan konsumen menuju "Satu orang satu ponsel" dapat terwujud, seperti di Singapura lebih banyak ponselnya dari pada penduduknya, atau pelanggan di Indonesia lebih banyak darada penduduk di Negara Belanda.

Sebagai pemula yang ingin merintis usaha di bidang telekomunikasi selular, Kyai Aa Gym berpesan; "Mulai dari yang kecil, Mulai darai diri sendiri dan Mulai saat ini". Berpedoman pada motto tersebut, biarlah kita mulai dari yang kecil dan rasakan usaha itu tumbuh menjadi besar, seirama dengan penghayatan pengetahuan serta pengalaman yang kita peroleh dari pertumbuhan usaha yang kita jalani. Dalam salah satu kisah sukses usaha seluler, ada seorang pengusaha di Bekasi, Jawa Barat yang ia tidur di kiosnya di awal-awal usahanya, mulai dengan hanya sebuah etalase. Ia ingin mengetahu dan mengenal tren konsumen setiap saatnya, sehingga dia punya "rekord" harian. Jam berapa dan hari apa ramai serta jam dan hari apa saja counetr sepi. Hingga kini tumbuh menjadi sub-delaer, dalam jangka waktu 1,5 tahu.

Besarnya Investasi Usaha.

Besar kecilnya investasi tergantung berapa banyak uang yang dimiliki, sehingga setiap pengusaha bisa saja memulai sebagai apa saja, reseller, grosir tau delaer. Pertama yang paling mudah dengan uang modal deposit Rp 200.000,- bahkan kurang sudah bisa mulai menjalankan pulsa elektronik, tanpa harus punya konter atau kios. Anak sekolah menjajakan kepada temannya atau buruh pabrik menjajakan kepada rekan kerjanya. Bermodal sebuah ponsel dengan sebuah chip elektronik untuk semua jaringan operator. Kedua, dengan modal Rp 3.000.000,- hingga Rp 4.500.000,- sudah bisa buka konter voucher dan aksesoris di depan mini market atau toko, dengan BEP 4,5 bulan atau kurang, bila lokasi sungguh strategis. Ketiga, untuk tingkat grosir diperlukan modal sebesar Rp 60.000.000,- hingga Rp 500.000.000,- dengan omsetRp 40.000.000,- hingga Rp 200.000.000,- per hari dan harus memiliki "outlet" dan pelanggan para "reseller". Umumnya grosir membuka usaha di Mall, ITC, di lantai khusus posel. Keempat, adalah para delaer atau distributor yang ditunjuk oleh para operator dengan modal Rp 5 miliar perminggu yang umumnya adalah para pemain lama dari pengusaha eceran dan mempunyai banyak kios, tersebar di daerah-daerah.

Faktor yang Mempegaruhi Usaha.

Ada tiga faktor yang mempengaruhi. Pertama, adalah mental entrepreneur/teknopreneur, otak kanan, intuisi bisnis, kecerdasan emosional-spiritual, keteguhan dan keuletan membuka/memulai usaha. Kedua, membangun sistem, dari peraturan, SOP, SDM, administrasi, keuangan, pelayanan, pemasaran, penjualan dan lain-lain sistem. Perhatian pada sintem ini yang cukup lama, khususnya SDM-nya harus dibentuk, bila ingin "survive". Ingin lebih cepat lagi, maka cari sistem yang sudah ada, seperti malalui "business oportunity" (BO) atau waralaba (franchise). Bila sistem sudah kuat maka, bisa membuka cabang baru dengan men-copy sistem yang sudah ada. Ketiga, adalah usaha harus bisa didelegasikan dan terkontrol malalui sitem yang dibangun tersebut, sehingga bisa membuka uasaha baru. Itu namanya wirausaha, bukan hanya sebagai pedagang.

Teknik Pemasaran.

Uniknya usaha dibidang seluler ini, untuk promosi produk sangat didukung oleh operator dan vendor, melalui iklan di media cetak, TV, Radio, spanduk dan umbul-umbul di jalanan, poster dibagiakan di kios "free", serta para operator dan vendor berlomba-lomba menyelenggarakan "event-event" khusus untuk memasarkan produknya. Para operator biasanya memanjakan "reseller" dengan melakukan "branded" produk mereka seperti mendesain dan mengecat kios, menjadi merah, kuning, hijau atau lainnya, sesuai warna "branded" perusahaan operator tersebut. Namun bagi kios kita sendiri, tentunya perlu kita sendiri, tentunya perlu perlu kita promosi keliling. Denagn jangkauan radius 1 km, untuk menyatakan keberadaan kios kita menlalui penyebaran brosur "door to door", yang memuat nama kios, alamat & nomor telepon kios, produk yang dijual, serta layanan jasa yang diberikan, dan yang terpnting harus memuat "special offer" (contoh: harga murah, ada diskon, dapat hadiah untuk pembelian senilai tertentu untuk masa minimal 1 bulan, stok tersedia dan diantar).

Teknik pemasaran dewasa ini adalah dengan harga bersaing, memiliki nilai tambah, seperti hadiah dan pelayanan SDM yang profesional. Untuk area kios selulernya sudah sangat padat dan menjamur, perlu dibangun komunitas pelanggan agar pelanggan menjadi loyal agar tidak lari ke"tetangga". Selalu bertanya: Apa kelebihan kios tetangga yang kita tidak punya? Ciptakan kedekatan pribadi dengan konsumen dan ciptakan "member get member" atau pemasaran dari "mulut ke mulut" adalah lebih jitu. Kita harus membangun segmen yang "customize" atau bersifat pribadi, seperti kumpulan pernak-pernik untuk ABG, para wanita executive muda, atau bagi bapak-bapak yang tampil "trendy/dandy/macho".

Bersambung...

Newer Posts Older Posts Home